Jumat, 17 Oktober 2008

Filosofi Kehidupan | Belajar untuk Belajar

Hari sudah menjelang pagi, sudah saatnya bagi Adrian untuk bangun dan bersiap-siap mengikuti perkuliahan. Namun berat rasanya bagi Adrian untuk meninggalkan tempat tidurnya yang nyaman. Bagi Adrian, akan jauh lebih menyenangkan untuk menghabiskan waktu dengan bersantai daripada menghabiskan waktu untuk bekerja atau belajar. Dia bukan orang yang senang untuk menghadapi sesuatu yang menurutnya akan merepotkan. Dia selalu berpikir “Kalau ada yang mudah, kenapa harus susah?”.

Adrian amat gemar bermain game. Dia menghabiskan sebagian besar harinya untuk bermain.

Suatu ketika, orangtuanya mengalami krisis keuangan dalam keluarga tersebut. Adrian yang lebih senang bersantai, mau tak mau harus mencari pekerjaan, bukan untuk membiayai kuliahnya, melainkan untuk bertahan hidup.

Hari pertama dia bekerja, dia sudah merasa tidak betah, karena dia harus bangun pagi, tidak dapat bermain game, pulang malam, lagipula dia tidak dapat menyetir mobil. Karena dahulu, dia memiliki supir pribadi, jadi dia merasa tidak perlu belajar menyetir.

Krisis keuangan yang dialami orangtuanya, membuat Adrian merasa depresi. Masalah terbesar yang harus dihadapi Adrian adalah kebiasaannya. Amat sulit bagi Adrian untuk mengubah kebiasaannya. Namun perlahan-lahan Adrian mengubah kebiasaannya, karena terpaksa.

Selama tiga tahun Adrian berkerja dibawah tekanan. Rasanya sungguh tidak menyenangkan. Rupanya pemilik perusahaan itu, memperhatikan dia. Karena melihat wajah Adrian yang selalu lesu, dia memanggil Adrian dan menanyakan beberapa pertanyaan kepada Adrian.

Adrian menceritakan semuanya kepada pemilik perusahaan, termasuk bagaimana dia harus mengubah kebiasaannya. Mendengar penjelasan Adrian, si pemilik perusahaan yang umurnya sudah melewati setengah abad itu tersenyum dan berkata, “nak, kamu adalah cermin dari masa muda saya dulu”

Adrian merasa binggung dengan pernyataan itu, namun segera si pemilik perusahaan menjelaskan. “Dulu saya juga sama seperti kamu, hidup bermalas-malasan, sampai akhirnya, saya harus kehilangan orangtua saya karena sifat saya. Dulu saya mempunyai kesempatan untuk belajar bagaimana caranya berenang, namun saya tidak pernah mempelajarinya, karena saya berpikir “apa gunanya belajar berenang? Paling hanya untuk berenang dan bersenang-senang”

Suatu ketika saya dan mama saya pergi melaut, karena ayah sedang sakit. Ditengah laut, ibu terjatuh, dan saya tidak dapat berbuat apa-apa, akhirnya ibu mati tenggelam, dan saya diselamatkan oleh kapal yang kebetulan lewat. Ayah saya adalah seorang nelayan dan pelaut yang handal, kadang-kadang dia pergi bersama ibu. Namun karena saat itu dia sedang sakit, maka dia merelakan ibu dan saya untuk melaut. Kejadian yang sungguh tak terduga. Saya tidak pernah menyangka, kalau saya hanya akan terdiam. Saya ingat benar saat itu saya berusia 12 tahun, dan hari itu hari terakhir saya bertemu dengan ibu..

Semenjak kejadiaan itu, saya belajar untuk berenang. Dan saya berusaha untuk belajar serajin mungkin, agar ayah tidak perlu lagi menjadi nelayan, karena saya sudah kehilangan satu orang yang amat berharga bagi hidup saya. Saya tidak ingin lagi kehilangan untuk kedua kalinya. Kalau tidak pernah ada kisah itu, mungkin tak akan ada hari ini, dan saya mungkin tidak berdiri disini sekarang.Satu hal yang saya pelajari dari kejadian itu adalah untuk mempelajari sesuatu, kita tidak harus memiliki alasan untuk mempelajarinya. Jangan menilai suatu pelajaran dari kegunaannya untuk masa sekarang, tapi dimasa yang akan datang.”

Adrian menghela nafas panjang, sejenak dia mengucap syukur pada Tuhan, karena dia masih memiliki orangtua yang lengkap, harta berharga yang telah lama dilupakannya.

Semenjak hari itu Adrian menjadi orang yang rajin dan periang, karena dia tahu bahwa masa depannya masih panjang, masih banyak harapan baginya. Satu hal yang terpenting, dia memiliki orangtua yang menyayanginya.

Mungkin kita melihat Adrian sebagai sosok yang egois dan bodoh. Namun sifat Adrian adalah gambaran dari generasi muda saat ini. Sadarkah kita bahwa terkadang kita juga lebih memilih untuk menjadi seorang Adrian? Satu hal yang perlu kita semua ingat, penyesalan selalu datang belakangan. Jangan sampai ada penyesalan dalam hidupmu.

Ryu Kiseki (Hong Kosan Djojo)

www.filosofikehidupan.com

Tidak ada komentar: